Pojok Rohani Senin, 10 Agustus 2020

Mengumpulkan Harta Surgawi

Pojok Rohani Senin 10 Agustus 2020

 

Bapak Ibu, Saudara-saudari, yang dikasihi Tuhan, Berkah Dalem.

Dalam kebudayaan di Chinese (Tiongkok) ada pepatah yang menyebutkan bahwa kamu dapat memberi tanpa mengasihi. Akan tetapi kamu tidak dapat mengasihi tanpa memberi. Dalam hal ini makna pemberian tentu bukan hanya sekedar berwujud materi atau harta saja melainkan seluruh pemberian hidup sampai sehabis-habisnya.

Itulah pemberian yang didasari sebagai ungkapan kasih. Pemberian dengan kerelaan hati akan mendatangkan sukacita dan kegembiraan.  Akan tetapi, setiap pemberian yang dilakukan dengan keterpaksaan, tentu akan mendatangkan ketidakpuasan dan kekecewaan. Perhitungan untung-rugi, tentu bukan sesuatu yang diperlukan ketika “memberi” kepada sesama. Berkaitan dengan hal ini St. Paulus mengajak kita untuk memberikan segala sesuatu dengan kerelaan hati. Dengan mewujdukan semangat dari St. Paulus tersebut, maka Allah akan melipatgandakan rahmat-Nya bagi kita semua.

Kita semua mengetahui bahwa para kudus sudah menunjukkan keteladanan tentang pemberian diri yang didasarkan pada Kasih Allah. Mereka berani memberikan dirinya bahkan menyerahkan nyawa demi Kerajaan Allah. Hari ini kita memperingati Pesta St. Laurensius, seorang diakon (calon imam) yang bekerja memelihara dan melayani orang-orang miskin. Bagi St. Laurensius, pelayanan kepada orang miskin merupakan caranya untuk menjaga “harta gereja”. Ketika Kaisar Roma, meminta agar harta gereja diserahkan padanya, St. Laurensius mengumpulkan dan memenuhi halaman gereja dengan orang-orang miskin. Dalam hal ini, tampak kepeduliaan dan perhatian dari St. Laurensius terhadap mereka yang kurang diperhatikan oleh masyarakat pada umumnya. Disinilah makna pemberian menjadi nyata. Bahkan dalam akhir hayatnya, St. Laurensius tetap ingin mempertahankan imannya dengan senantiasa melayani mereka yang miskin. Hidupnya memang dipenuhi dengan pelayanan dan pemberian diri terhadap sesama. St. Agustinus juga pernah menuliskan kekagumannya terhadap St. Laurensius, “Pengorbanan diri St. Laurensius sejalan dengan apa yang diterimanya di altar. Ia cinta akan kristus di dalam hidupnya dan mengikuti-Nya dalam maut.

Saudara dan saudari yang terkasih, Kita telah dibabtis dalam nama Bapa, Putera dan Roh kudus. Bahkan setiap hari kita menerima Kristus dalam perjamuan Ekaristi. Dalam hal ini apakah kita sudah meneladan sikap hidup St. Laurensius yang senantiasa memberikan dirinya demi pelayanan terhadap sesama? Atau apakah kita justru seringkali malah tidak memperhatian dan justru mudah menyingkirkan orang lain demi kepentingan dan keuntungan pribadi semata. Marilah kita melayani Kristus dan sesama dalam hidup sehari-hari dan menghormati kehidupan sesama. Marilah kita mengumpulkan harta surgawi demi perjalanan kita menuju ke dalam kehidupan kekal. Kita pun juga diingatkan bahwa harta/kekayaan duniawi hanya bersifat sementara saja. Akan tetapi jika kita berusaha mencari harta surgawi maka kedamaian dan sukacita akan kita temukan. Harta surgawi itulah yang akan menuntun kita semua menjadi bekal menuju dalam kebersamaan dengan-Nya di surga.

 

Sr. M. Pasifica, OSF