Pojok Rohani Rabu, 5 Agustus 2020

Belas Kasih Tanpa Mementingkan Diri

Pojok Rohani Rabu, 5 Agustus 2020

 

 

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Berkah Dalem.

Pengalaman ditolak oleh orang lain tentu akan menimbulkan rasa sakit atau luka dalam hati kita. Contohnya saja dalam keluarga, ketika perkataan kita tidak diterima oleh suami, istri, anak, tentu kita akan merasa sakit hati. Tentunya masih ada pengalaman lain yang bisa kita jadikan contoh penolakan, bahkan ketika kita akan berbuat baik pun terkadang kita mendapat penolakan, atau kita merasa ditolak oleh Tuhan ketika doa kita, permohonan kita tidak juga terkabul.

Bagi sebagian besar orang, reaksi spontan saat menerima penolakan adalah terluka, kecewa, sedih, marah, putus asa. Singkatnya disposisi batin kita pasti tidak nyaman dan cenderung mengarah pada sikap negatif.

Dalam Injil hari ini dikisahkan tentang seorang ibu dari Kanaan yang memohon agar Yesus menyembuhkan anaknya. Tidak mudah baginya karena pada awalnya ia sempat mengalami penolakan bahkan “perendahan”. Akan tetapi yang menarik di sini adalah ibu tersebut tidak menunjukkan reaksi negatifnya, meski disamakan dengan “anjing”, ibu tersebut tidak marah. Ia tetap bersikukuh agar Yesus menyembuhkan anaknya. Menjadi pertanyaan bagi kita semua, mengapa ibu itu bisa tidak marah setelah ditolak dan direndahkan? Saya merefleksikan jawabannya adalah karena ibu itu tidak lagi memikirkan harga dirinya. Yang dirasakan dan dipikirkan oleh ibu tersebut hanyalah anaknya yang sedang sakit parah. Ia mengharapkan kesembuhan bagi anaknya dan ia percaya bahwa Yesus berkuasa untuk menyembuhkan anaknya itu. “Kapanpun kita tidak mementingkan diri; kapanpun kita bertindak karena kasih; tidak mengharapkan apapun dari yang lain, ada sumber energi yang bisa kita akses yakni energy belas kasih tanpa mementingkan diri.” Tuhan Yesus, berilah kami rahmat kerendahan hati dan murnikanlah iman kami untuk mencapai kesempurnaan kasih pada Dikau dan sesama. Amin.

 

 

 

Sr. M. Editha, OSF