Gunakan Mulutmu untuk Mewartakan Berkat
Pojok Rohani Selasa, 4 Agustus 2020
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Berkah Dalem.
Injil hari ini menceritakan tentang kritik orang-orang Farisi dan ahli Taurat terhadap Yesus. Kali ini masalahnya adalah karena murid-murid Yesus tidak mencuci tangan sebelum makan. Beragam bentuk berbicara; seperti mengobrol, mengeluarkan pendapat, dan lain-lain, memang menjadi salah satu bentuk komunikasi yang efektif untuk dilakukan.
Setiap manusia tentu mampu berbicara. Hanya saja untuk beberapa orang yang spesial, berbicara dapat dilakukan dengan cara yang berbeda. Berkaitan dengan etika berbicara ada pepatah yang mengatakan “mulutmu, harimaumu.” Pepatah tersebut menjelaskan bahwa kita diajak untuk selalu menjaga lisan, ucapan kita terhadap orang lain. Berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara.
Senada dengan pepatah tersebut, Paus Fransiskus dalam salah satu homilinya mendorong kita (umat katolik) untuk berhenti berbicara buruk (bergosip) dan mencari kesalahan orang lain. Kita diminta untuk memfokuskan diri pada pertobatan dari dosa yang kita perbuat sendiri. Sesuatu kebiasaan buruk yang juga disebut oleh Paus Fransiskus ialah menggosip atau membicarakan orang lain. Kecenderungan buruk ini seringkali tidak kita sadari. Kita seringkali mudah melihat atau mencari keburukan orang lain, tanpa pernah melihat kekurangan atau keburukan diri sendiri. Seringkali kebiasaan buruk ini justru membuat hubungan kita dengan orang lain menjadi kurang baik. Berawal dari “gosip” muncullah perselisihan, permusuhan bahkan kejahatan. Secara khusus Paus mengajak kita untuk dapat menahan diri agar tidak terjatuh dalam dosa “gosip”. Kita diharapkan untuk bercermin dan melihat diri sendiri, sebelum mulai membicarakan keburukan orang lain. Selanjutnya Paus juga mengharapkan kita untuk berdoa, mohon rahmat agar Allah menutup mulut kita sehingga kita tidak membicarakan keburukan sesama. Pesan Paus yang terakhir yakni, jika godaan untuk membicarakan orang lain kembali muncul dan hal tersebut tidak bisa tertahankan lagi, maka kita diminta untuk menggigit lidah kita sekuat-kuatnya. Dengan demikian lidah kita akan membengkak sehingga tidak bisa berbicara banyak.
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, marilah kita mohon rahmat kebijaksanaan dalam bertutur kata, baik secara lisan maupun tulisan, sehingga apa yang keluar dari mulut kita dapat menjadi berkat bagi sesama demi Kemuliaan nama Tuhan.
Sr. M. Editha, OSF