Pojok Rohani Sabtu, 1 Agustus 2020

Wartakan Kebenaran kepada Semua Orang

Pojok Rohani Sabtu, 1 Agustus 2020

 

 

Bapak, Ibu, Saudara-saudari yang terkasih, Berkah Dalem.

Memperjuangkan kebenaran di dunia bukanlah sesuatu yang mudah. Kebenaran seperti apakah yang diterima oleh dunia? Dunia punya parameter atau kriteria tersendiri untuk mengukur suatu kebenaran. Bagi para pengikut Kristus, kebenaran yang pasti ialah iman akan Kristus Sang Sumber Kebenaran Sejati itu sendiri.

            Melalui Injil hari ini, dikisahkan peristiwa tentang kematian Yohanes Pembaptis yang berdiri tegak menyatakan kebenaran dan menyerukan keadilan. Kendati kepalanya menjadi resiko dengan dipenggal, akan tetapi semuanya itu demi menyerukan kebenaran. Yohanes Pembaptis tidak gentar sedikitpun meskipun kepalanya menjadi taruhan demi untuk dihadiakan kepada putri Herodias sebagai kehormatan Raja Herodes. Herodes yang seharusnya punya kesempatan untuk melindungi Yohanes Pembabtis justru mencuri nyawa Yohanes Pembaptis untuk memperkokoh mahkota kemuliaannya. Itulah kejamnya kekuasaan dunia.

            Saudara dan saudari yang terkasih, dunia ini seharusnya menjadi rumah kita untuk membangun kehidupan, bukannya menjadi tempat yang mengatur kehidupan kita. Dunia ini seharusnya menopang hidup kita, bukannya menjadi panggung pertaruhan kehidupan. Inilah mengapa dunia perlu diubah oleh Allah melalui kehadiran orang-orang beriman yang hadir dan terus berjuang hari demi hari untuk menyerukan kebenaran dengan tindakan yang sederhanya dan nyata. Sementara hidup ini berjalan terus, kita perlu menyingkir ke dalam keintiman dengan Allah yang selalu menopang hidup kita.

            Hari ini kita semua memperingati Peringatan Wajib St. Alfonsus Liguori, seorang Uskup dan pujangga gereja yang memperjuangkan kebenaran sebagai bukti cintanya terhadap Kristus Sang Kebenaran Ilahi. Dalam tulisan rohaninya tertulis demikian, ”Seluruh kesucian dan kesempurnaan jiwa terletak pada cinta akan Yesus kristus. Bagaimana dengan kita? Apakah kita seperti Herodes yang begitu mudah meletakkan kekuasaan terhadap hasutan dan cenderung mengabaikan suara hati? Ataukah kita akan bersikap seperti Yohanes Pembaptis dan St. Alfonsus Liguori yang memilih untuk meletakkan kesucian hati dan kesempurnaan jiwanya dalam kebersamaan iman akan Yesus Kristus? Kita semua diberikan kebebasan untuk memilih yang terbaik bukan hanya untuk tubuh kita tetapi juga untuk jiwa kita. Pilihan kita pun juga bukan semata-mata hanya sebatas kesenangan di dunia ini melainkan demi kebahagiaan kekal di surga. Semoga kita semakin mampu memilih jalan yang sempit yakni mendengarkan suara-Nya dan senantiasa mampu menyuarakan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Semoga doa dari para kudus yang hari ini kita renungkan, menyemangati kita senantiasa. Berkah Dalem.

 

 

Sr. M. Pasifica, OSF