Menjadi Sahabat dan Pelayan Bagi Sesama
Pojok Rohani Sabtu, 25 Juli 2020
Saudara saudariku yang terkasih, Berkah Dalem.
Semua orang tua pasti berharap agar anak-anaknya bertumbuh besar dan kelak mendapatkan kedudukan atau posisi yang baik dalam pekerjaan dan memperoleh kehidupan yang lebih baik dan mapan di masa depan. Tentunya harapan tersebut juga tampak dari sikap ibunda dari dua rasul bersaudara yakni Yakobus dan Yohanes yang memohonkan agar kedua anaknya mendapatkan posisi yang layak dalam kerajaan surga nanti.
Saudara-saudaraku yang diberkati Tuhan, siapakah diantara kita yang tidak mengharapkan posisi atau kedudukan yang nyaman bagi kita? Dunia mendidik kita untuk berjuang menghalalkan segala cara bahkan bertindak dengan penuh kecurangan agar mendapat jabatan, kedudukan atau posisi yang cukup untuk menjadi penguasa atau pemimpin. Kedatangan ibu Yakobus dan Yohanes untuk meminta kedudukan kepada Yesus, jelas menimbulkan kemarahan di antara para rasul yang lain. Akan tetapi Yesus menegaskan bahwa siapa yang ingin menjadi pemimpin hendaklah Ia menjadi pelayan bagi sesama seperti Yesus sendiri yang datang untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya bagi keselamatan manusia. Kedudukan, jabatan atau posisi dalam struktur suatu institusi pada dasarnya adalah sarana atau cara yang tepat bagi kita untuk melayani. Akan tetapi hal tersebut seringkali justru disalahgunakan. Kekuasaan yang kita miliki seringkali digunakan bukan untuk melayani sesama, melainkan kesempatan untuk menindas sesamanya, ingin dilayani, dihargai, dipentingkan, dan diutamakan.
Saudara-saudariku yang terkasih, Henri Nouwen dalam bukunya pernah menuliskan demikian, “Pemimpin merupakan seorang pelayan lemah yang membutuhkan orang lain sama seperti mereka membutuhkan pemimpin.” Kepemimpinan seperti ini mengijinkan adanya ritme pelayanan dan memperkaya diri secara rohani. Hal ini berarti bahwa dalam kekuasaan tersebut, seorang pemimpin bisa menjadi kuat tetapi pada saat yang sama bisa mengakui kelemahannya, pergumulannya dan kerapuhannya. Maka pemimpin bisa memberi sekaligus bisa menerima dukungan dan penyegaran dari orang lain.
Hari ini kita merayakan pesta Rasul Yakobus. Dalam peringatan kali ini kita semua diajak untuk merenungkan bahwa sehebat apapun kita, setinggi apapun posisi kita, atau sebanyak apapun rentetan jabatan yang kita miliki, semuanya dapat saja terhenti, dapat berakhir pada suatu waktu. Akan tetapi menjadi pelayan bagi saudara dan sahabat yang lain, selamanya akan terukir dan terpatri dalam catatan Allah. Marilah kita belajar dari keteladanan hidup Rasul Yakobus yang mewariskan kepada Gereja tentang kesetiaannya dalam melayani sesama, kegigihan imannya, serta semangatnya untuk memberikan hidupnya untuk keselamatan sesamanya. Oleh karena itu dalam kehidupan bersama, janganlah saling menghargai atau taat yang hanya didasari oleh faktor kedudukan, posisi dan jabatan tetapi menjujung tingi martabat setiap pribadi sebagai saudara yang diciptakan oleh pencipta yang satu dan sama. Tuhan memberkati kita semua.
Sr. M. Pasifica, OSF