Pojok Rohani Jumat, 12 Juni 2020

Setialah Senantiasa!

Pojok Rohani Jumat, 12 Juni 2020

  

Ibu, Bapak, Saudari dan Saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Berkah Dalem.

Tema renungan kita hari ini sangatlah menarik. Hari ini kita akan merenungkan tentang perselingkuhan, menarik bukan? Hal yang sangat sering terjadi di sekitar kita atau bahkan mungkin pernah kita alami sendiri.

Hari ini kita mendengarkan sabda Yesus, ”Barangsiapa memandang seorang wanita dengan menginginkannya, dia sudah berbuat zinah dalam hatinya." Zinah, bisa dikatakan juga sebagai selingkuh. Siapa saja yang bisa selingkuh? Apakah hanya pasangan suami istri saja? Tidak. Kaum selibat pun bisa selingkuh. Seseorang dikatakan telah “selingkuh” tatkala ia sudah memikirkan sesuatu atau seseorang yang sebenarnya bukan menjadi pasangan atau bukan menjadi pilihan hidupnya, meskipun itu hanya di dalam hatinya. Jika hal itu terjadi, seringkali kita bertanya, mengapa pasangan suami isteri atau kaum selibater dikatakan dengan “selingkuh”? Siapakah yang salah? Isteri, suami, kaum selibat, atau orang ketiga? Mari, sejenak kita lihat bersama. Bisa jadi isteri selingkuh karena kesepian dan kurang perhatian. Suami selingkuh karena kurang dihargai dan dihormati. Saat kaum selibater selingkuh mungkin karena keringnya hidup rohani atau kurangnya dukungan dalam persaudaraan komunitas. Perkawinan maupun hidup selibat merupakan tugas perutusan yang dipercayakan Tuhan kepada umatnya. Maka zinah atau lebih familiarnya selingkuh adalah penyelewengan tugas yang dipercayakan Tuhan, yang berdampak pada dosa dan berakhirnya tugas perutusan sebagai pasangan suami isteri dan juga sebagai kaum selibater. Godaan akan selalu ada selama kita masih berziarah di dunia ini. Jika kita pernah mengalami atau bahkan sedang mengalami, mari segera perbaiki diri. Zinah atau selingkuh hanya akan semakin menjauhkan kita dengan Tuhan juga dengan sesama kita.

Mari kita jaga hati, tempat di mana hal baik dan buruk tinggal dan dipancarkan. Hati ibarat GPS yang menuntun jalan hidup kita. Bila hati berpikiran kotor maka tubuh akan mudah dikendalikan untuk melakukan perbuatan-perbuatan kotor. Sebaliknya jika kita mengisi hati kita dengan hal-hal yang baik, maka yang keluar dari hati adalah hal-hal yang bisa memuliakan Tuhan. Rahmat Tuhan menyertai usaha dan niat baik kita. Berkah Dalem.

  

Sr. M. Gemma, OSF