Pojok Rohani Sabtu, 6 Juni 2020

Persembahanlah Dirimu secara Tulus dan Total Kepada-Nya

Pojok Rohani Sabtu, 6 Juni 2020

  

Saudara dan saudari yang terkasih, Berkah Dalem.

Dalam menjalani hidup ini, kita merupakan pribadi yang terberkati. Setiap waktu hidup kita tidak pernah bisa lepas dari Kasih Allah. Oleh karena itu pengalaman kasih Allah yang kita terima, hendaknya dapat memampukan kita untuk dapat memberikan kembali kasih Allah yang kita terima kepada sesama kita. Dalam perwujudannya, kita dapat melakukan hal tersebut dengan cara kita masing-masing. Saya pun juga bersyukur karena boleh merasakan Kasih Allah yang boleh saya terima melalui kehadiran orangtua, keluarga, sahabat dan orang-orang di sekitar. Pengalaman kasih inilah yang mendorong saya untuk mempersembahkan diri kepada Allah melalui pilihan hidup panggilan sebagai seorang suster.

            Saudara-saudara yang terkasih, bacaan Injil (Mrk. 12:38-44) yang kita dengarkan hari menampakkan dua hal yang berbeda mengenai cara seseorang untuk memberikan atau mempersembahkan diri kepada Allah. Dalam Injil dikisahkan mengenai seorang ahli taurat dan janda miskin yang sama-sama menghaturkan persembahan kepada Allah. Meskipun sama, akan tetapi tampak perbedaan dalam tindakan mereka berdua. Dari kisah tersebut terlihat bagaimana sikap ahli Taurat yang hanya memperlihatkan kebaikannya bukan karena ia ingin berbuat baik, karena agar ia mendapatkan sesuatu bagi dirinya sendiri. Keterpusatan terhadap diri menjadi tujuan dari sikap ahli Taurat. Sebab yang dicarinya adalah pujian dan penghormatan dari orang lain. Oleh karena itu apa yang dilakukannya hanyalah bersifat semu saja. Status yang dimilikinya, hanya digunakan bukan untuk kepentingan atau pelayanan dan pengabdian kepada Allah, melainkan untuk kepentingan dan kesenangan diri sendiri. Dalam hal ini, Yesus mengingatkan kita semua untuk berhati-hati agar tidak jatuh dalam sikap hidup yang sama seperti ahli-ahli Taurat, yaitu kecenderungan untuk mencari keuntungan diri. Sementara itu apa yang dilakukan oleh janda miskin, berbanding terbalik. Janda Miskin menampakkan sikap hidup yang berpusat pada Allah. Dalam situasi dirinya yang serba kekurangan masih tetap mengutamakan ungkapan syukur kepada Allah. Kiranya apa yang dilakukan oleh janda miskin juga didasari akan kepasrahannya terhadap karya Allah.

Ia rela dan tulus mempersembahkan seluruh hartanya kepada Allah tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri.  Ia menemukan nilai yang lebih luhur dalam hidupnya. Hidup bukan hanya soal harta saja, melainkan ada sesuatu yang jauh lebih bermakna yakni adanya rahmat kehidupan, kesehatan dan keselamatan. Ia menjadikan Allah sebagai pusat hidup dan harta yang paling berharga. Oleh karena itu apa yang dipersembahkan oleh janda miskin, merupakan ungkapan syukur dan persembahannya terhadap kepada Allah.

Saudara dan saudari yang terkasih, bercermin dari kisah ini kita diundang untuk belajar dari sikap si janda miskin. Marilah kita mempersembahkan seluruh diri kita pada Allah. Persembahan yang diberikan tidak berhenti pada hal-hal materi. Kita dapat memberikan waktu, tenaga, kepedulian dan kasih kepada sesama. Marilah kita berusaha untuk menjadikan Allah sebagai pusat, sumber dan muara hidup kita dengan senantiasa bersyukur. Semoga setiap usaha baik kita menjadi persembahan yang luhur dan mulia demi keagungan naman-Nya. Berkah Dalem.

 

Sr. M. Barbara, OSF