Bersama-Nya, Aku Menjadi Kuat
Pojok Rohani Jumat, 5 Juni 2020
Saudara dan saudari yang terkasih, Berkah Dalem.
Ketika merenungkan bacaan yang kita dengarkan hari ini, saya teringat akan pengalaman kecil tatkala saya masih menjalani masa formatio di Novisiat. Waktu itu saya mendapatkan tugas oleh magistra untuk menangkap ikan lele yang ada di kolam. Ketika menerima tugas tersebut, spontan muncul penolakan dalam diri saya karena sy sedikit merasa takut.
Oleh karena ketaatan dan sedikit “paksaan” dari diri saya, maka saya memberanikan untuk menjalankan tugas dari pembimbing saya. Alhasil saya tidak berhasil menangkap lele-lele tersebut. Seketika saya kembali merasa takut. Takut jika esok akan mendapatkan kemarahan atau hukuman dari pembimbing saya. Ternyata apa yang saya bayangkan tidak terjadi. Pagi harinya, saya kembali berjumpa dengan pembimbing tersebut sedang bersama karyawan. Saat itu baru saya saya ketahui bahwa saya ternyata sedang “diuji” oleh pembimbing. Ternyata setelah dikuras oleh karyawan, kolam lele itu hanya berisi air kotor saja dan tidak ada seekor pun lele. Awalnya saya sempat jengkel dengan kejadian itu. Akan tetapi saat itu saya diteguhkan oleh ungkapan dari pembimbing yang mengatakan, “Yang penting kamu sudah berjuang”.
Saudara-saudara yang terkasih, melalui pengalaman kecil tersebut, saya dapat belajar banyak hal. Kesulitan dan penderitaan yang saya alami sebenarnya merupakan cara Tuhan untuk membuat diri saya jauh lebih baik. Artinya pengalaman kesulitan tidak serta merta dianggap sebagai sesuatu yang merugikan. Jika kita mampu memaknainya, maka suatu nilai akan kita temukan di dalamnya. Melalui pengalaman yang saya alami tersebut, saya belajar tentang kesabaran, tanggung jawab, kesediaan diri melaksanakan tugas yang dipercayakan, keterbukaan hati untuk berani mencoba serta belajar taat dan pasrah pada kehendak-Nya. Saya memaknai pengalaman tersebut sebagai cara dimana proses jauh lebih penting dari sekedar hasil akhir. Dalam bacaan pertama (2 Tim. 3:10-17), Paulus menunjukkan ketangguhannya dan keteguhan hatinya tatkala ia menjalani setiap peristiwa yang dialaminya ketika menjadi pewarta Injil. “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya.” Melalui kutipan tersebut, Paulus mengajak kita semua untuk berani keluar dari zona kenyamanan kita untuk memasuki zona yang beresiko.
Saudara-saudara yang terkasih, kita sadar bahwa kesulitan akan senantiasa kita jumpai tatkala kita memasuki dunia ini untuk mewartakan Kisah Kasih-Nya. Akan tetapi marilah kita senantiasa berpegang teguh akan Kristus yang sudah mengajarkan dan menunjukkan kepada kita tentang Kasih-Nya yang tidak berkesudahan. Semoga kesempatan yang ada ini memampukan kita menjadi pewarta Kasih-nya yang menghadirkan sukacita dan berkat bagi banyak orang. Tuhan memberkati setiap usaha kita. Berkah Dalem.
Sr. M. Barbara, OSF