Panggilan Murid: Mewartakan Kasih-Nya atau Mewartakan Kisahku?
Pojok Rohani Kamis, 7 Mei 2020
Saudara dan saudari yang dikasihi Tuhan, Berkah Dalem.
Perjalanan hidup kita adalah sebuah perutusan. Seluruh gerak dan langkah kita adalah sebuah pewartaan. Orang-orang yang beriman pada Yesus dipilih oleh-Nya menjadi utusan Allah, hadir di dunia mewartakan kebaikan Allah yang sudah diterima dan dialami dalam seluruh perjuangan hidupnya.
Saudara dan saudari yang terkasih, dalam pengalaman hidup, tidak jarang kita mengalami sendiri atau mendengar pengalaman sesama yang mudah putus asa, kecewa karena merasa sudah berbuat baik tapi tidak dihargai. Sudah membuat banyak hal tapi tidak diterima. Memberi banyak sumbangan tapi tidak diapresiasi, sudah melayani dengan baik tapi tidak diakui. Sebagai seorang utusan atau hamba, membangun komitmen pada orientasi pelayanan sangatlah penting. Kebaikan apapun yang kita buat untuk menghantar orang sampai pada menemukan kebaikan Allah. Saya sendiri mengalami suatu contoh yang nyata yakni dalam diri sahabat saya. Seorang sahabat yang begitu dengan setia upload hal-hal yang bernuasa rohani tanpa memikirkan berapa banyak yang memberikan like, subcribe atau beri komentar negatif atau positif. Komitmennya dan tim yang bekerja bersama-sama, untuk mewartakan kebaikan Tuhan melalui hal-hal rohani yang dibagikan setiap hari tidak terletak pada bagaimana tanggapan orang lain. Orientasinya hanya satu bukan supaya dia terkenal, diterima dan diakui oleh orang tetapi supaya orang lainpun mengalami kebaikan Allah.
Hari ini lewat Injil Yohanes Yesus bersabada, ”Seorang hamba tidak lebih dari tuannya atau seorang utusan tidak lebih dari yang mengutus.” Kita semua utusan yang diundang untuk ambil bagian dalam karya perutusan Allah. Maka sudah selayaknya seorang utusan atau hamba diterima atau ditolak tidak menjadi tolak ukur namun tetap bahagia mewartakan apa yang diterima, didengar, dialami dan yang diperitahkan oleh Tuannya, bukan mewartakan diri sendiri. Sebab tujuan pewartaan yakni agar orang lain juga mengalami kebaikan Allah seperti yang kita alami sehingga membawa orang lain pada keselamatan. Itu tidak mudah, akan tetapi ketika kita bersatu dengan Tuhan dan membiarkan Tuhan memenuhi hidup kita dengan segala kebaikan-Nya, mendorong kita untuk terus setia dan tidak pernah lelah oleh tantangan dunia untuk mewartakan kebaikan kasih Allah sesuai kehenda-Nya. Berkah Dalem.
Sr. M. Pasifica, OSF